Pembobolan Rumah Kosong di Pekon Pardawaras, Tanggamus: Barang Kenangan Almarhum Raib, Kerugian Materi Bukan Utama

Lampungjaya.news, Tanggamus – Sebuah rumah kosong yang menyimpan sejarah dan kenangan di Pekon Pardawaras, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus, kini diselimuti duka mendalam. Rumah milik mendiang Alibana, alm., yang tak lagi berpenghuni setelah anak-anaknya merantau, menjadi sasaran pembobolan. Kesedihan anak-anaknya pecah bukan karena kerugian materi, melainkan karena barang-barang yang hilang adalah peninggalan berharga dari orang tua yang mereka cintai. Rabu (26/11/2025)

Kesunyian yang Mengundang Petaka

​Peristiwa memilukan ini terkuak pada Selasa sore, 25 November 2025, ketika Mursalin, tetangga dekat, baru kembali dari kebun. Ia tertegun melihat gembok di pintu rumah Alibana telah raib tanpa jejak.

Rumah itu memang sunyi; ia ditinggalkan kosong setelah Alibana meninggal dan anak-anaknya memutuskan untuk tidak menetap di pekon tersebut.

Namun, kesunyian itu, alih-alih menjaga, justru menjadi undangan bagi tangan-tangan tak bertanggung jawab.

Mursalin segera menyuruh anaknya menghubungi kerabat pemilik.

​Kabar duka ini dengan cepat menyambar anak-anak Alibana. Adik dari pemilik rumah tiba di lokasi pada Rabu pagi, 26 November 2025, untuk memastikan.

Betapa pilu hati saat melihat rumah yang menjadi saksi bisu masa kecil kini terbuka paksa, dengan kehampaan yang terasa semakin menyesakkan.

Bukan Sekadar Barang, Tapi Kenangan

​Setelah pengecekan, didapati beberapa barang berharga telah lenyap, mencakup, ; Kulkas, mesin Air Sanyo, beberapa Set Piring Baru yang tersimpan rapi dalam kotak kardus.

​Air mata tumpah saat anak-anak mengetahui barang-barang itu hilang. Mereka mengungkapkan bahwa setiap benda di rumah itu adalah memori; kulkas dan mesin air mungkin barang biasa, tetapi bagi mereka, itu adalah jejak sentuhan dan kerja keras Almarhum ayah mereka.

Piring-piring baru yang belum sempat digunakan itu adalah simbol harapan yang kini telah dicuri bersama kesunyian rumah.

​”Kami sedih sekali, ini bukan soal harga barangnya,” ujar salah satu kerabat menahan tangis. “Tapi itu peninggalan bapak. Itu adalah kenangan terakhir yang kami jaga di sini.”

Harapan yang Dibawa Kesunyian

​Kini, rumah Alibana bukan hanya kosong, tetapi juga terluka. Pihak keluarga akan melaporkan peristiwa ini akan dilaporkan kepada pihak berwajib Polres Tanggamus.

​Peristiwa ini menjadi pengingat yang menyakitkan bagi semua bahwa menjaga warisan emosional seringkali lebih sulit daripada menjaga harta benda.

Di tengah modernitas, harapan anak-anak Alibana sederhana: agar barang-barang peninggalan ayah mereka dapat kembali, dan para pelaku bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan hukum. (Rizal)